Dalam
pembelajaran yang efektif, seorang guru hendaknya memperhatikan adanya
perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa-siswanya. Pemberian layan secara
klasikal terkadang kurang menguntungkan bagi sebagian siswa, khususnya yang
tergolong siswa berkebutuhan khusus. Demikian juga dengan sistem layanan
pembelajaran yang kurang memperhatikan sejumlah komponen pembelajaran juga akan
berdampak terhadap rendahnya kualitas keluaran.
Siswa belajar
dari guru dan lingkungannya untuk dapat mengembangkan kecakapannya. Siswa harus
menemukan sendiri cara belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya. Siswa
berkebutuhan khususdalam memilih cara belajar, tentu saja berbeda dengan
siswa-siswa normal lainnya. Dengan karakter kekhususannya, mereka memiliki
cara-cara khusus dalam belajar dan ini harus dimengerti oleh guru-guru (baik
guru reguler maupun guru pendidikan khusus) agar guru tersebut dapat membuat
rencana pembelajaran yang tetap memperhatikan perbedaan indivial
siswa-siswanya.
Anak retardasi
mental atau anak tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual yang secara
signifikan di bawah normal yang diikuti dengan kurangnya dalam penyesuaian
tingkah laku dan dimanifestasikan selama masa perkembangan (Definisi AAMD).
Dalam definisi ini ada tiga faktor penting dalam mengindentifikasi retardasi
mental, yaitu 1) fungsi intelektual harus secara signifikan di bawah normal (di
bawah 70 bila digunakan tes WISC), 2) penyesuaian perilaku juga menunjukkan
kurang, tidak mencapai standar harapan yaitu tanggung jawab mandiri dan sosial
kurang bla dibandingkan dengan kelompok seusianya, dan 3) rendahnya fungsi
intelektual dan penyesuaian perilaku ini terjadi sebelum usia 18 tahun, masalah
yang terjadi setelah poin diatas diasumsikan ke dalam faktor lain yaitu sebagai
brain damage atau emosional disturbance. Ada empat tingkat
retardasi mental, yaitu mild mental
retardation (IQ 50-55 sampai 70), severely
mental retardation (IQ 20-25 sampai 35-40), dan profoundly mental retardation (IQ dibawah 20-25).
Learning disorder mengacu pada prestasi
individu berdasarkan tes terstandar dalam membaca (reading disorder), matematika (mathematics
disorder), atau ekspresi tertulis (disorder
of written expression) yang secara substansial berada di bawah dari yang
diharapkan untuk usia, sekolah dan tingkat intelegensinya. Masalah belajar
sering dicampuradukkan dengan prestasi akademik atau berbagai aktivitas
sehari-hari yang meliputi membaca, matematika (matematics disorder), atau ekspresi tertulis (disorder of written expression) yang secara substansial berada di
bawah dari yang diharapkan untuk usia, sekolah dan tingkat intelegensinya.
Masalah belajar sering dicampuradukkan dengan prestasi akademik atau berbagai
aktivitas sehari-hari yang meliputi membaca, matematika, atau keterampilan
menulis. Secara substansial di bawah (below)
selalu merujuk pada dua standar deviasi yaitu prestasi belajar dan IQ. Learning disorder harus dibedakan dari
variasi normal dalam pencapaian akademik dan dari berbagai kesulitas sekolah,
rendahnya kualitas pembelajaran atau berbagai faktor budaya. Kurang penglihatan
dan kurang pendengaran mungkin berpengaruh terhadap kecakapan belajar dan harus
diteliti melalui audiometer atau tes penglihatan.
Motor Skill Disorder adalah kondisi
dimana anak mengalami gangguan koordinasi gerak selama masa perkembangan dalam
berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti aspek motorik dalam merakit
puzel, bermain bola, dan menulis tangan. Mereka mengalami perkembangan
koordinasi gerak yang lamban di bawah usia dan intelegensinya dalam hal
olahraga, menulis tangan, dan dalam aktivitas hidup sehari-hari.
Communications disorder pada dasarnya
merupakan penyimpangan kelancaran seseorang dalam aspek berbahasa, bicara,
suara dan irama. Gangguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau
gangguan dalam komunikasi dengan indikasi anak mengalami kesulitan atau
kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesulitan simbolisasi ini mengakibatkan
seseorang tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan sebaliknya tidak
mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti
oleh orang lain dalam lingkungannya. Gangguan suara adalah gangguan pada proses
produksi suara meliputi aktivitas pada saat bicara sehingga mempengaruhi
unsur-unsur suara, yaitu nada, kerasnya suara, dan kualitas suara. Gangguan irama
ditandai dengan adanya ketidaklancaran irama pada saat berbicara, kelainan
tersebut meliputi gagap, bicara cepat, dan mengulang kata.
Autistic disorder adalah suatu kondisi
penyimpangan pada anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Gejala ini
ditandai dengan lemahnya interaksi sosial yang timbal balik. Anak autism
memiliki perilaku yang nonverbal dan sepertinya tidak bersahabat,
individualistik, lebih menyukai aktivitas sendirian daripada bermain bersama.
Tidak memiliki empati, wajahnya tanpa ekspresi, baik ketika senang maupun
sedih. Di dalam berkomunikasi, anak autism ini tidak memiliki keterampilan
berbahasa lisan. Mereka mengalami kesulitan dalam bercakap-cakap baik dalam
memulainya maupun dalam melanjutkan pembicaraan. Struktur tata bahasa belum
dapat dipahaminya. Intonasi, ritme bahasa, bahasa tertentu sering
diulang-ulangnya dengan gaya meniru, kadang-kadang tidak mampu mengutarakan
atau mengabaikan maksud dan arti dengan mengulang-ulang bunyi tertentu, dan
sering berulang-ulang. Terkadang ia sibuk dengan dirinya yang dilakukannya
secara berulang-ulang. Gangguan interaksi sosial ini mulai muncul setelah anak
berusia tiga tahun. Pada usia itu, perkembangan sosialnya terhambat, kata-kata
yang pernah diucapkannya hilang, dan hubungan serta komunikasi dengan orang tua
seakan malas dilakukan anak.
Emotional disorder (gangguan emosi)
meliputi anxiety disorder (mengalami
gangguan ketakutan, menarik diri, kepanikan, kegelisahan, tertekan) dan mood disorder (suasana hati yang kacau,
sedih, sensitif, rasa bersalah, dan malu). Karakteristik perilaku anxiety disorder adalah perilaku menarik
diri. Kecemasan ini berkembang sedikitnya untuk masa empat minggu sebelum anak
berusia 18 tahun, dan mereka mengalami kesulitan atau gangguan sosial, akademis
(pekerjaan), dan fungsi bidang lainnya. Mereka ini mengalami ketakutan,
gelisah, berat datang ke sekolah, enggan mengunjungi teman, dan kurang dapat
mandiri. Pada kelainan ini, anak cenderung menarik diri, keraguan yang
berlebihan dan takut sendirian (memerlukan pasangan orang dewasa).
Behavioral disorder (penyimpangan
perilaku) meliputi Attention-Deficit/Hyperactivity
Disorder (ADHD), Conduct Disorder (CD), dan Oppositional Defiant Disorder
(ODD).
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah suatu kondisi dimana anak memiliki gejala tidak ada perhatian
(inattention) selama masa paling sedikit 6 bulan dimana ia tidak dapat
menyesuaikan diri (maladaptive) dan tidak konsisten (inconsistent) dalam masa
perkembangannya. Tidak ada perhatian meliputi perilaku sering salah dalam
melihat detil atau membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah, bekerja atau
berbagai aktivitas lain, sering tidak terlihat mendengar ketika berbicara
secara langsung, sering tidak mengikuti perintah dan salah dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolah, salah dalam memahami perintah, sulit mengorganisasi
tugas-tugas atau aktivitas, sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan
untuk tugas-tugas sekolah (seperti pensil, buku, dan alat-alat yang lain), dan
sering lupa dengan aktivitas sehari-harinya. Hiperaktivitas meliputi perilaku
sering meninggalkan tempat duduk, sering lari-lari, sering mengalami kesulitan
bermain, dan terlalu sering berbicara. Impulsif meliputi perilaku berbicara
atau menjawab tanpa dipikir terlebih dahulu terhadap pertanyaan, tidak sabar
menunggu giliran, sering interupsi atau memperkenalkan pada yang lain.
Conduct Disorder (CD) adalah perilaku antisosial yang meliputi perilaku agresif,
menghantam, mengancam, suka melanggar norma atau aturan, mencuri, dan
berbohong. Mereka secara berulang-ulang dan menjadi pola tetap perilaku
melanggar norma dan undang-undang yang berlaku, yang dimanifestasikan sesudah
dua belas bulan. Kriteria agresif pada manusia dan bintang meliputi: (1) sering
suka mengganggu, mengancam, dan mengintimidasi orang lain, (2) sering mengambil
inisiatif untuk berkelahi, (3) menggunakan peralatan untuk melukai fisik orang
lain, (4) memiliki sifat kejam pada orang lain, (5) punya sifat bengis, kasar
terhadap binatang, dan (5) mencuri. Kriteria penghancuran meliputi: (1) dengan
sengaja membakar barang atau menghancurkan barang, (2) dengan sengaja
menghancurkan barang-barangorang lain dengan cara lain dari cara membakar.
Kriteria pencuri yaitu suka mencuri dan berusaha untuk selalu menghindar.
Sedangkan kriteria pelanggaran serius terhadap norma dan undang-undang meliputi
sering melarikan diri dari rumah pada malam hari dan membolos dari sekolah
(terjadi sebelum usia 13 tahun).
Oppositional Defiant Disorder (ODD) merupakan gangguan tingkah laku
yang ditandai dengan perilaku negatif, memusuhi, dan melawan. Anak ODD sering
marah, mengumpat, dan mudah jengkel terhadap orang lain. Mereka sering menolak
perintah orang dewasa, seperto orang tuanya, guru di sekolah dan sering membuat
orang lain kesal dan jika mereka salah mereka cenderung menyalahkan orang lain.
Pola perilaku ini berkembang paling tidak selama enam bulan. ODD biasanya
terjadi pada usia prasekolah dan masa remaja dimana sejumlah gejala permusuhan
cenderung meningkat seiring bertambahnya umur. Gangguan ini lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan sebelum masa pubertas, tetapi
kemudian menjadi seimbang setelah melewati masa pubertas. (DSM-IV-TR,
2000.p.100).
SUMBER : Parwoto. 2007. Strategi
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar