Rabu, 24 September 2014

Ragam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Dalam pembelajaran yang efektif, seorang guru hendaknya memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa-siswanya. Pemberian layan secara klasikal terkadang kurang menguntungkan bagi sebagian siswa, khususnya yang tergolong siswa berkebutuhan khusus. Demikian juga dengan sistem layanan pembelajaran yang kurang memperhatikan sejumlah komponen pembelajaran juga akan berdampak terhadap rendahnya kualitas keluaran.
Siswa belajar dari guru dan lingkungannya untuk dapat mengembangkan kecakapannya. Siswa harus menemukan sendiri cara belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya. Siswa berkebutuhan khususdalam memilih cara belajar, tentu saja berbeda dengan siswa-siswa normal lainnya. Dengan karakter kekhususannya, mereka memiliki cara-cara khusus dalam belajar dan ini harus dimengerti oleh guru-guru (baik guru reguler maupun guru pendidikan khusus) agar guru tersebut dapat membuat rencana pembelajaran yang tetap memperhatikan perbedaan indivial siswa-siswanya.
Anak retardasi mental atau anak tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah normal yang diikuti dengan kurangnya dalam penyesuaian tingkah laku dan dimanifestasikan selama masa perkembangan (Definisi AAMD). Dalam definisi ini ada tiga faktor penting dalam mengindentifikasi retardasi mental, yaitu 1) fungsi intelektual harus secara signifikan di bawah normal (di bawah 70 bila digunakan tes WISC), 2) penyesuaian perilaku juga menunjukkan kurang, tidak mencapai standar harapan yaitu tanggung jawab mandiri dan sosial kurang bla dibandingkan dengan kelompok seusianya, dan 3) rendahnya fungsi intelektual dan penyesuaian perilaku ini terjadi sebelum usia 18 tahun, masalah yang terjadi setelah poin diatas diasumsikan ke dalam faktor lain yaitu sebagai brain damage atau emosional disturbance. Ada empat tingkat retardasi mental, yaitu mild mental retardation (IQ 50-55 sampai 70), severely mental retardation (IQ 20-25 sampai 35-40), dan profoundly mental retardation (IQ dibawah 20-25).
Learning disorder mengacu pada prestasi individu berdasarkan tes terstandar dalam membaca (reading disorder), matematika (mathematics disorder), atau ekspresi tertulis (disorder of written expression) yang secara substansial berada di bawah dari yang diharapkan untuk usia, sekolah dan tingkat intelegensinya. Masalah belajar sering dicampuradukkan dengan prestasi akademik atau berbagai aktivitas sehari-hari yang meliputi membaca, matematika (matematics disorder), atau ekspresi tertulis (disorder of written expression) yang secara substansial berada di bawah dari yang diharapkan untuk usia, sekolah dan tingkat intelegensinya. Masalah belajar sering dicampuradukkan dengan prestasi akademik atau berbagai aktivitas sehari-hari yang meliputi membaca, matematika, atau keterampilan menulis. Secara substansial di bawah (below) selalu merujuk pada dua standar deviasi yaitu prestasi belajar dan IQ. Learning disorder harus dibedakan dari variasi normal dalam pencapaian akademik dan dari berbagai kesulitas sekolah, rendahnya kualitas pembelajaran atau berbagai faktor budaya. Kurang penglihatan dan kurang pendengaran mungkin berpengaruh terhadap kecakapan belajar dan harus diteliti melalui audiometer atau tes penglihatan.
Motor Skill Disorder adalah kondisi dimana anak mengalami gangguan koordinasi gerak selama masa perkembangan dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti aspek motorik dalam merakit puzel, bermain bola, dan menulis tangan. Mereka mengalami perkembangan koordinasi gerak yang lamban di bawah usia dan intelegensinya dalam hal olahraga, menulis tangan, dan dalam aktivitas hidup sehari-hari.
Communications disorder pada dasarnya merupakan penyimpangan kelancaran seseorang dalam aspek berbahasa, bicara, suara dan irama. Gangguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi anak mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesulitan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan simbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Gangguan suara adalah gangguan pada proses produksi suara meliputi aktivitas pada saat bicara sehingga mempengaruhi unsur-unsur suara, yaitu nada, kerasnya suara, dan kualitas suara. Gangguan irama ditandai dengan adanya ketidaklancaran irama pada saat berbicara, kelainan tersebut meliputi gagap, bicara cepat, dan mengulang kata.
Autistic disorder adalah suatu kondisi penyimpangan pada anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Gejala ini ditandai dengan lemahnya interaksi sosial yang timbal balik. Anak autism memiliki perilaku yang nonverbal dan sepertinya tidak bersahabat, individualistik, lebih menyukai aktivitas sendirian daripada bermain bersama. Tidak memiliki empati, wajahnya tanpa ekspresi, baik ketika senang maupun sedih. Di dalam berkomunikasi, anak autism ini tidak memiliki keterampilan berbahasa lisan. Mereka mengalami kesulitan dalam bercakap-cakap baik dalam memulainya maupun dalam melanjutkan pembicaraan. Struktur tata bahasa belum dapat dipahaminya. Intonasi, ritme bahasa, bahasa tertentu sering diulang-ulangnya dengan gaya meniru, kadang-kadang tidak mampu mengutarakan atau mengabaikan maksud dan arti dengan mengulang-ulang bunyi tertentu, dan sering berulang-ulang. Terkadang ia sibuk dengan dirinya yang dilakukannya secara berulang-ulang. Gangguan interaksi sosial ini mulai muncul setelah anak berusia tiga tahun. Pada usia itu, perkembangan sosialnya terhambat, kata-kata yang pernah diucapkannya hilang, dan hubungan serta komunikasi dengan orang tua seakan malas dilakukan anak.
Emotional disorder (gangguan emosi) meliputi anxiety disorder (mengalami gangguan ketakutan, menarik diri, kepanikan, kegelisahan, tertekan) dan mood disorder (suasana hati yang kacau, sedih, sensitif, rasa bersalah, dan malu). Karakteristik perilaku anxiety disorder adalah perilaku menarik diri. Kecemasan ini berkembang sedikitnya untuk masa empat minggu sebelum anak berusia 18 tahun, dan mereka mengalami kesulitan atau gangguan sosial, akademis (pekerjaan), dan fungsi bidang lainnya. Mereka ini mengalami ketakutan, gelisah, berat datang ke sekolah, enggan mengunjungi teman, dan kurang dapat mandiri. Pada kelainan ini, anak cenderung menarik diri, keraguan yang berlebihan dan takut sendirian (memerlukan pasangan orang dewasa).
Behavioral disorder (penyimpangan perilaku) meliputi Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), Conduct Disorder (CD), dan Oppositional Defiant Disorder (ODD).
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu kondisi dimana anak memiliki gejala tidak ada perhatian (inattention) selama masa paling sedikit 6 bulan dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri (maladaptive) dan tidak konsisten (inconsistent) dalam masa perkembangannya. Tidak ada perhatian meliputi perilaku sering salah dalam melihat detil atau membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah, bekerja atau berbagai aktivitas lain, sering tidak terlihat mendengar ketika berbicara secara langsung, sering tidak mengikuti perintah dan salah dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, salah dalam memahami perintah, sulit mengorganisasi tugas-tugas atau aktivitas, sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk tugas-tugas sekolah (seperti pensil, buku, dan alat-alat yang lain), dan sering lupa dengan aktivitas sehari-harinya. Hiperaktivitas meliputi perilaku sering meninggalkan tempat duduk, sering lari-lari, sering mengalami kesulitan bermain, dan terlalu sering berbicara. Impulsif meliputi perilaku berbicara atau menjawab tanpa dipikir terlebih dahulu terhadap pertanyaan, tidak sabar menunggu giliran, sering interupsi atau memperkenalkan pada yang lain.
Conduct Disorder (CD) adalah perilaku antisosial yang meliputi perilaku agresif, menghantam, mengancam, suka melanggar norma atau aturan, mencuri, dan berbohong. Mereka secara berulang-ulang dan menjadi pola tetap perilaku melanggar norma dan undang-undang yang berlaku, yang dimanifestasikan sesudah dua belas bulan. Kriteria agresif pada manusia dan bintang meliputi: (1) sering suka mengganggu, mengancam, dan mengintimidasi orang lain, (2) sering mengambil inisiatif untuk berkelahi, (3) menggunakan peralatan untuk melukai fisik orang lain, (4) memiliki sifat kejam pada orang lain, (5) punya sifat bengis, kasar terhadap binatang, dan (5) mencuri. Kriteria penghancuran meliputi: (1) dengan sengaja membakar barang atau menghancurkan barang, (2) dengan sengaja menghancurkan barang-barangorang lain dengan cara lain dari cara membakar. Kriteria pencuri yaitu suka mencuri dan berusaha untuk selalu menghindar. Sedangkan kriteria pelanggaran serius terhadap norma dan undang-undang meliputi sering melarikan diri dari rumah pada malam hari dan membolos dari sekolah (terjadi sebelum usia 13 tahun).

Oppositional Defiant Disorder (ODD) merupakan gangguan tingkah laku yang ditandai dengan perilaku negatif, memusuhi, dan melawan. Anak ODD sering marah, mengumpat, dan mudah jengkel terhadap orang lain. Mereka sering menolak perintah orang dewasa, seperto orang tuanya, guru di sekolah dan sering membuat orang lain kesal dan jika mereka salah mereka cenderung menyalahkan orang lain. Pola perilaku ini berkembang paling tidak selama enam bulan. ODD biasanya terjadi pada usia prasekolah dan masa remaja dimana sejumlah gejala permusuhan cenderung meningkat seiring bertambahnya umur. Gangguan ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan sebelum masa pubertas, tetapi kemudian menjadi seimbang setelah melewati masa pubertas. (DSM-IV-TR, 2000.p.100).

SUMBER : Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar