Selasa, 03 September 2013

Aku, Dia, dan Ransel

Loh, loh, mana smsnya? Kok ilang? Udah aku hapus kali ya? Aku lupa. Hm… padahal pengen aku buat topik buat postingan kali ini. Ya udahlah, mau gimana lagi. Udah keburu aku hapus, alasan kenapa aku hapus juga aku lupa. Tapi aku masih inget bener kok isinya. Gimana gak inget, sms aja baru sesekali.
Ceritanya gini, sebelum berangkat mengikuti kegiatan itu aku pinjem tas dia. Aku udah pesen tu tas dia dari jauh-jauh hari. Pesen kalo aku mau minjem. Nah, pas mendekati hari H kegiatan, aku bingung mau minjem tas dia. Akhirnya aku nekat pergi ke kontrakannya dia yang jaraknya cukup jauh dari kos aku. Panas-panas melintasi ramenya kota Surabaya. Ya, lagi-lagi naik angkot. Menempuh rute yang sama seperti aku menuju kos bapakku. Namun kali ini bukan untuk ke kos bapakku, melainkan ke kontrakannya dia. Meskipun tujuannya beda, tapi rasanya sama. Naik angkot ‘sendirian’. Nggak sepenuhnya sendirian, kan ada sopir angkot dan penumpang-penumpang lain broh. Melewati jalanan kota lengkap dengan hiruk pikuknya. Terminal demi terminal harus kutempuh. Akhirnya, lagi-lagi aku update status di jejaring sosial yang lagi-lagi intinya, rasa syukur. Padahal di balik status rasa syukur itu terselip rasa perjuangan hidup. Berat. Tapi aku yakin ada yang lebih berat dari ini. Dan aku harus kuat menjalaninya! Hm…
Waktu berlalu begitu cepat. Waktu untuk menunggu dia datang, tak pernah menyesal aku harus menunggu berapa lama sampai dia datang. Hanya rasa seneng bisa ketemu dia setelah rasanya sekian lama tidak bertemu. Tidak smsan. Tidak ketemu. Hm… rasanya seneng banget deh, gak bisa diungkapin dengan kata-kata. Tapi ada rasa sedih juga sih, ketemunya cuma sebentar. Tukeran tas, habis itu sudah. Go home. Ternyata dugaanku salah. Dia gak bawa tasnya, alias tasnya ada di kontrakannya dia. Akhirnya aku diajak ke kontrakannya dia. Padahal ini semua diluar dugaan aku. Allah memang baik ni sama aku. Aku diijinkan ketemu dia ‘sedikit’ lebih lama. Alhamdulillah…
Sesampainya di kontrakannya dia. Tukeran tas dan… taraa, pikiranku kembali melayang ke momen tahun lalu. Saat aku pinjem tas dia untuk kegiatan ospek aku. Dia jelasin tentang tata cara penggunaan tas, lengkap dengan cara memakai tasnya. Dia membenerkan cara aku memakai tasnya. So sweet! Cetar, ngapain aku terus-terusan bengong. Gak mungkin rasanya mengulangi hal itu lagi. Yah, aku memang udah bisa cara makai tasnya. Cuma aku ingin mengulang momen itu. Hash, aku bener-bener rindu. Ngetik ini gak kerasa aku nangis. Sejak kapan aku mulai cengeng begini! Arrrggghh, aku benci rasa ini. Harusnya aku lebih menambah syukurku aku masih diberi kesempatan ketemu sama dia. Meskipun aku lihat wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi senang saat ketemu aku. Sudahlah, dia gak cinta sama aku itu udah jadi konsekuensi yang harus aku terima. Itu pasti. Intinya, aku suka sama dia. Aku sayang sama dia. Aku cinta sama dia. Semua kata itu tertahan di pangkal tenggorokanku. Nangis lagi! sebenarnya aku bukan sedih, bukan meratap, bukan seneng ataupun bangga. Tapi rasanya air yang keluar dari mata ku ini gabungan dari rasa seneng, kangen, sedih, ratapan juga ada.
Kontrakannya cukup kotor. Aku segera membersihkannya. Lagi-lagi aku keinget dulu, aku sama dia bersih-bersih kontrakannya. Aku sampai difoto sama dia. Seneng banget rasanya. Itung-itung gak pernah dia foto aku dan saat itu aku difoto sama dia tanpa aku minta. Ya, sepertinya dia benar lupa kejadian tahun lalu. Mulai lagi nih, inget. Bukan hanya ingat sekedar ingat, hampir aku gak bisa melupakannya. Sadar, aku sadar ini hidup. Hidup yang sebenarnya. Hari ini gak sama dengan hari kemaren. Bukankah prinsip hidup harus lebih baik dari waktu ke waktu itu masih terpegang erat? Aku tau, life must go on. Aku berharap dengan mengetik cerita ini bisa mengurangi sedikit ingatanku tentang momen itu. Momen yang terlupakan olehnya yang selalu aku ingat bahkan hampir mirip gila aku punya rasa ingin mengulanginya kembali.
Aku gak harus meratap, mengigo tiap malam, badan demam tinggi hanya karena memikirkan hubungan ini putus seperti waktu itu. Berat memang melupakan dia berat sekali. Sampai saat itu aku tutup aku jejaring sosialku untuk melupakan dia. Masih tidak bisa lupa. Tiap sholat, aku doakan dia. Walau saat itu aku sudah diputusin sama dia. Saat dia minta balikan kembali rasanya impianku sedikit terwujud. Doaku selama ini serasa dikabulkan oleh Allah. Alhamdulillah… tapi, aku harus menerima kenyataan. Keadaan ini tak semulus yang aku harapkan. Cobaan ini, ah… 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, bahkan bulan puasa tidak bertukar kabar. Aku takut memulainya. Nanti kalau aku sms dia. Smsku nggak dibalas, aku sedih banget rasanya. Walaupun nggak sms dia tambah besar sedihnya. Aku harus kuat! Dulu memang aku rapuh rasanya terlalu mengharapkan dia. Sekarang aku sudah tau rasanya sakit itu seperti apa. Ini untuk kedua kalinya, aku harus bisa semeleh dan ikhlas.
Aku enggak mau menjadi penghalang hidupnya. Aku gak mau jadi beban buat dia. Aku juga nggak mau jadi penghalang dia pacaran sama orang lain. Aku hanya mau aku cinta dia dan dia cinta aku tulus selamanya, di dunia dan di akherat. Entah itu kapan. Tapi aku yakin Allah memberikan yang terbaik buat aku dan dia. Aku sekarang masih berdoa, berusaha, dan menunggu. I will always love you…MAJ!! :-P