Loh,
loh, mana smsnya? Kok ilang? Udah aku hapus kali ya? Aku lupa. Hm… padahal
pengen aku buat topik buat postingan kali ini. Ya udahlah, mau gimana lagi.
Udah keburu aku hapus, alasan kenapa aku hapus juga aku lupa. Tapi aku masih
inget bener kok isinya. Gimana gak inget, sms aja baru sesekali.
Ceritanya
gini, sebelum berangkat mengikuti kegiatan itu aku pinjem tas dia. Aku udah
pesen tu tas dia dari jauh-jauh hari. Pesen kalo aku mau minjem. Nah, pas
mendekati hari H kegiatan, aku bingung mau minjem tas dia. Akhirnya aku nekat
pergi ke kontrakannya dia yang jaraknya cukup jauh dari kos aku. Panas-panas
melintasi ramenya kota Surabaya. Ya, lagi-lagi naik angkot. Menempuh rute yang
sama seperti aku menuju kos bapakku. Namun kali ini bukan untuk ke kos bapakku,
melainkan ke kontrakannya dia. Meskipun tujuannya beda, tapi rasanya sama. Naik
angkot ‘sendirian’. Nggak sepenuhnya
sendirian, kan ada sopir angkot dan penumpang-penumpang lain broh. Melewati
jalanan kota lengkap dengan hiruk pikuknya. Terminal demi terminal harus
kutempuh. Akhirnya, lagi-lagi aku update
status di jejaring sosial yang lagi-lagi intinya, rasa syukur. Padahal di balik
status rasa syukur itu terselip rasa perjuangan hidup. Berat. Tapi aku yakin
ada yang lebih berat dari ini. Dan aku harus kuat menjalaninya! Hm…
Waktu
berlalu begitu cepat. Waktu untuk menunggu dia datang, tak pernah menyesal aku
harus menunggu berapa lama sampai dia datang. Hanya rasa seneng bisa ketemu dia
setelah rasanya sekian lama tidak bertemu. Tidak smsan. Tidak ketemu. Hm…
rasanya seneng banget deh, gak bisa diungkapin dengan kata-kata. Tapi ada rasa
sedih juga sih, ketemunya cuma sebentar. Tukeran tas, habis itu sudah. Go home. Ternyata dugaanku salah. Dia
gak bawa tasnya, alias tasnya ada di kontrakannya dia. Akhirnya aku diajak ke
kontrakannya dia. Padahal ini semua diluar dugaan aku. Allah memang baik ni
sama aku. Aku diijinkan ketemu dia ‘sedikit’ lebih lama. Alhamdulillah…
Sesampainya
di kontrakannya dia. Tukeran tas dan… taraa,
pikiranku kembali melayang ke momen tahun lalu. Saat aku pinjem tas dia untuk
kegiatan ospek aku. Dia jelasin tentang tata cara penggunaan tas, lengkap
dengan cara memakai tasnya. Dia membenerkan cara aku memakai tasnya. So sweet! Cetar, ngapain aku
terus-terusan bengong. Gak mungkin rasanya mengulangi hal itu lagi. Yah, aku
memang udah bisa cara makai tasnya. Cuma aku ingin mengulang momen itu. Hash, aku bener-bener rindu. Ngetik ini
gak kerasa aku nangis. Sejak kapan aku mulai cengeng begini! Arrrggghh, aku benci rasa ini. Harusnya
aku lebih menambah syukurku aku masih diberi kesempatan ketemu sama dia.
Meskipun aku lihat wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi senang saat
ketemu aku. Sudahlah, dia gak cinta sama aku itu udah jadi konsekuensi yang
harus aku terima. Itu pasti. Intinya, aku suka sama dia. Aku sayang sama dia.
Aku cinta sama dia. Semua kata itu tertahan di pangkal tenggorokanku. Nangis
lagi! sebenarnya aku bukan sedih, bukan meratap, bukan seneng ataupun bangga.
Tapi rasanya air yang keluar dari mata ku ini gabungan dari rasa seneng,
kangen, sedih, ratapan juga ada.
Kontrakannya
cukup kotor. Aku segera membersihkannya. Lagi-lagi aku keinget dulu, aku sama
dia bersih-bersih kontrakannya. Aku sampai difoto sama dia. Seneng banget
rasanya. Itung-itung gak pernah dia foto aku dan saat itu aku difoto sama dia
tanpa aku minta. Ya, sepertinya dia benar lupa kejadian tahun lalu. Mulai lagi
nih, inget. Bukan hanya ingat sekedar ingat, hampir aku gak bisa melupakannya.
Sadar, aku sadar ini hidup. Hidup yang sebenarnya. Hari ini gak sama dengan
hari kemaren. Bukankah prinsip hidup harus lebih baik dari waktu ke waktu itu
masih terpegang erat? Aku tau, life must
go on. Aku berharap dengan mengetik cerita ini bisa mengurangi sedikit
ingatanku tentang momen itu. Momen yang terlupakan olehnya yang selalu aku
ingat bahkan hampir mirip gila aku punya rasa ingin mengulanginya kembali.
Aku
gak harus meratap, mengigo tiap malam, badan demam tinggi hanya karena
memikirkan hubungan ini putus seperti waktu itu. Berat memang melupakan dia
berat sekali. Sampai saat itu aku tutup aku jejaring sosialku untuk melupakan
dia. Masih tidak bisa lupa. Tiap sholat, aku doakan dia. Walau saat itu aku
sudah diputusin sama dia. Saat dia minta balikan kembali rasanya impianku
sedikit terwujud. Doaku selama ini serasa dikabulkan oleh Allah. Alhamdulillah…
tapi, aku harus menerima kenyataan. Keadaan ini tak semulus yang aku harapkan.
Cobaan ini, ah… 3 bulan, 4 bulan, 5
bulan, bahkan bulan puasa tidak bertukar kabar. Aku takut memulainya. Nanti
kalau aku sms dia. Smsku nggak dibalas, aku sedih banget rasanya. Walaupun
nggak sms dia tambah besar sedihnya. Aku harus kuat! Dulu memang aku rapuh
rasanya terlalu mengharapkan dia. Sekarang aku sudah tau rasanya sakit itu
seperti apa. Ini untuk kedua kalinya, aku harus bisa semeleh dan ikhlas.
Aku
enggak mau menjadi penghalang hidupnya. Aku gak mau jadi beban buat dia. Aku
juga nggak mau jadi penghalang dia pacaran sama orang lain. Aku hanya mau aku
cinta dia dan dia cinta aku tulus selamanya, di dunia dan di akherat. Entah itu
kapan. Tapi aku yakin Allah memberikan yang terbaik buat aku dan dia. Aku sekarang
masih berdoa, berusaha, dan menunggu. I
will always love you…MAJ!! :-P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar