Selasa, 22 April 2014

Puisi tentang Nabi Muhammad

Muhammad



Subuh di kota Mekah Al-Mukarromah
Dua belas robiul awal tahun gajah
Dari rahim bunda Siti Aminah
Beribu–ribu sholawat para malaikat
Menyingkap kelambu langit yang pekat
20 April 571 Masehi menjadi hari bersejarah
Dengan lahirnya Al Mustafa Al Hadi Muhammad
Abdul Muthalib tawaf di sekeliling Kakbah
Bergegas pulang ingin melihat cucunya
Dengan perasaan sangat gembira
Ia membawa masuk cucunya ke dalam Kakbah
Ayah Abdullah ini mengucap syukur kepada Allah dan berdoa
Telah lahir Al-Amin pembawa rahmad bagi semesta alam
Kelahirannya telah lama diramalkan
Dalam gulungan perkamen-perkamen yang nyaris usang
            Muhammad bin Abdullah di khitan pada usia tujuh hari
Kemudian disusukan kepada Siti Halimah Sa’diyah yang pandai merawat bayi
Telah menjadi kebiasaan bangsawan Quraisy
Untuk menyusukan bayi
Agar dapat hidup dalam suasana lain nan alami
Udara sejuk dan bersih menuju tumbuh berkembang harmoni
Juga agar mampu berbahasa Arab asli
Bahasa kaum Badawi
Lima tahun pun terlewati
Muhammad dikembalikan kepada Siti Aminah, sang umi
Muhammad diajak uminya ke Madinah
Berziarah ke makam Abdullah, sang ayah
Dalam perjalanan pulang Siti Aminah tutup usia
Di sebuah desa bernama ‘Abwa
Muhammad diasuh oleh sang kakek tercinta
Namun pada usia 80 tahun sang kakek meninggal
Sedangkan Muhammad berusia 8 tahun
Muhammad diasuh Abu Thalib, sang paman
Muhammad berusia 12 tahun berekspedisi ke negeri Syam untuk berniaga
Sampai di kota Basrah bersua Pendeta Nasrani Bakhira
Saat Muhammad datang, pohon dan batu menunduk sujud
Pohon dan batu tidak sujud selain kepada seorang Nabi
Bahira mengenali betul tanda-tanda kenabian pada Muhammad
Tepat pada nubuat yang ada di pundak Muhammad
Bakhira berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga Muhammad
Kaum Quraisy ketika itu…
Dalam keadaan mursal dan bodoh
Di tengah-tengah kemursalan dan kebodohan
Nyanyian jahiliyah menghentak
Seolah bumi kehilangan matahari
Segalanya menjadi sketsa kehidupan yang gelap
Kaum jahiliyah…
Masih berpegang teguh
Dengan ajaran yang diberikan leluhur mereka
Sehingga mereka mengatakan
Bahwa nabi Muhammad adalah pendusta besar
Dan agama yang dibawa tidak benar
Hanyalah khayalan belaka semata
Itulah yang ditudingkan kaum kafir jahiliyah
Tetapi nabi Muhammad sabar dalam menghadapi segala cercaan kaum kafir Quraisy
Sang Pemindai Surga, tetap menjalankan amanah Allah
Walaupun dihina, dicaci, dilempari batu atau pun kotoran manusia
Ia terus berdawah menyebarkan ajaran Islam
Tanpa mengeluh
Tanpa berputus asa
Tanpa menyerah
Tanpa mengenal lelah
Hingga akhir perjalanan panjangnya
Usia 40 tahun Muhammad ke gua Hira untuk berkhalwat
Menenangkan jiwa 10 hari 10 malam
Menjernihkan pikiran 20 hari 20 malam
Berkali-kali berbulan bulan menjauhkan pandangan dari kotoran duniawi
Enam bulan terlewati untuk mencari kebenaran yang hakiki
Suatu malam, malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah kepada Muhammad
Ayat satu sampai lima, surah Al Alaq
Awal diangkatnya Nabi menjadi Rasul
Dengan menyebut asma Allah
Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
Segala puji hanya untuk-Mu
Ya Allah…
Segala kesempurnaan hanya milik-Mu
Ya Allah…
Sebelum lahirnya Muhammad, Allah dianggap butuh beristri beranak
Mungkin juga diperanakkan
Semua anggapan itu sirna dengan kecintaan tulus
Bertimbal balik antara Allah dan Muhammad
Allah senagai Tuhan Al Khaliq mutlak
Tanpa adanya persentuhan jasad Muhammad
Dengan kesucian Allah Al Wahiidul Ahad
Subhanallah…
Duhai Muhammad, pemilik tubuh semurni emas terang benderang nan suci
Sungguh kau adalah sosok penguasa yang adil terhadap rakyat
Pemilik insting kepemimpinan yang terasah tajam oleh pengalaman
Bahkan mentalmu bagai telah didektekan oleh Allah
Maksum dari Allah untukmu sejak kecil
Subhanallah…
Aku sangat kagum padamu, sosok yang menerangi kegelapan jiwa umat
Ya Ilahi, Ya Tuhanku
Semoga Engkau berkenan memberikan nikmat karunia-Mu
Menyampaikan aku ke tujuan idaman
Demi ketinggian derajat Rasul di sisi-Mu
Tunjukilah aku jalan yang Beliau tempuh
Agar bahagia beroleh kebaikan yang melimpah
Ya Rasulullah…
Sungguh sosokmu utusan Allah yang tak pernah berbohong
Yakin diriku bahwa kau tak pernah berkata buruk dan melihat hal yang buruk
Muhammad pemimpin dunia yang bermental kuat dan tak pernah meratapi nasib
Ya Habiballah…
Shalawat dan salam untukmu
Engkaulah pusat perisai manusia
Matahari bagi gerak orbit planet-planet
Wajahmu seolah memberi efek cahaya
Wajah yang masih lebih cemerlang dibanding cahaya bulan yang paling cemerlang
Jejak hidupmu lurus dan terpercaya
Rasul yang mempunyai hati lembut penuh kasih
Doa doa yang selalu diaminkan oleh rakyat jelata
Pemilik kata-kata membuai penuh keseriusan makna
Sabdamu berlayar menyeberangi lautan
‘ibrah dari misi dakwahmu menyusup ke dalam hati sanubari umat
Ya Nabiyalloh, wa Habiballoh
Betapa suci akhlakmu
Hadirkanlah cintamu dalam ibadah kami
Ajarkanlah ketabahanmu dalam doa kami
Mengalirlah jihadmu dalam hati kami
Tumbuhkanlah akhlaqmu dalam hidup kami
Semoga shalawat Allah meliputimu selalu
Rasul termulia Muhammad
Serta salam terus menerus
Silih berganti setiap saat
Allah...
Bawalah aku ke haribaan pena
Ke peraduan syair dan tafsir
Di negeri umpama
Mengikuti sunnah nabi-Mu terkasih
Meneladani akhlaknya yang mulia
Duhai Allah...
Semoga Engkau bangkitkan kami dalam barisan yang sama bersama Rosul kami
Ya Habibi Ya Rosululloh

Poem for Kartini Days ^^

Ikut lomba cipta karya puisi tapi gak dapat juara, xixixi...

Kirana di Sudut Mata Pertiwi
Karya: Fikahati R.

Ini bukanlah puisi roman picisan

Ini bukanlah puisi balada hati nan gembira
Ini bukanlah puisi dengan senyum dan wajah berseri

Ini adalah puisi epik dalam ode
Ini adalah puisi lirik atas kami
Dan ini adalah puisi elegi pada kalian
Ketika wangi bunga semerbak membuncah di penciuman
Ketika hati yang melayang akhirnya punya labuan

Puisi ini adalah kisah
Kisah bangkitnya wanita dari kelamnya memori
Puisi impian adalah sajak
Sajak bagi kami padamu atas kisahmu
Yang bertajuk “Habis Gelap Terbitlah Terang

Wahai Ibu,
Tergambar pada benak kami akan wujudmu
Bagimu kata emansipasi adalah yang utama
Karena engkau merasa pentingnya kaum perempuan
Yang berasal dari pertiwi
Akan kembali pada tanah air
Dan Ibupun berasal dari tanah air
Tanah Air Indonesia Merdeka

Ketajaman pikiranmu
Terselip pada tinta yang tertoreh pada lembar-lembar kertas
Kegelisahamu pada agama
Penolakanmu pada budaya feodal
Melayang, melalang buana dunia
Membisikkan rintihanmu pada wajah-wajah akrab
Walau tak bersua

Saudaraku sebangsa setanah air
Cobalah...
Kenanglah Ibu
Ketika mereka ditengah api yang membara
Penindasaan bagai gagak menjatuhkan malam
Disana mata mereka menajam
Menatap dari sangkar emas ditengah neraka
Dan tubuh mereka seolah berkata:
Pergilah kalian wahai kalian setan laknat!
Berikan kesempatan bagi kami untuk berkata!

Langit terbenam merah
Hujan memupuk mendung
Meruntuhkan apa yang kelam diperjuangkan
Wanita, berhenti duduk meratap di persimpangan
Ramah kepada lelaki dinilai sampah usang
Abai pada lelaki dibilang berbusung dada
Senyum pada sesama dara dikira menggila menggelora
Merespon lelaki diteriaki obral harapan
Sedikit abai disangka sok ratu agung
Diam termenung dianggap sok putri raja
Berkelana ditanggung lelaki dicap pengemis recehan
Berkelana mandiri dikata hilang akal
Muntahan argumen-argumen kosong

Sebegitu kelamnya duniamu kini
Hingga menggelapkan mata batinmu
Ricuhnya perang batinmu
Hingga merampas sorot damai di matamu

Biarkan aku mencoba cairkan dinginmu
Meski aku bukan utusan
Negeri hitam atau putih
Namun bukan pula aku

Biarkan
Pahlawanku... Ibu...
Jika sebagain masih memicingkan matanya
Kepada kaum hawa
Biarlah keadilan Tuhan yang membalas
Dan, andaikan setiap puisi adalah doa
Kami harap ini adalah puisi
Dengan kisah yang lebih baik