Kirana di Sudut Mata Pertiwi
Karya: Fikahati R.
Ini
bukanlah puisi roman picisan
Ini
bukanlah puisi balada hati nan gembira
Ini
bukanlah puisi dengan senyum dan wajah berseri
Ini
adalah puisi epik dalam ode
Ini
adalah puisi lirik atas kami
Dan
ini adalah puisi elegi pada kalian
Ketika
wangi bunga semerbak membuncah di penciuman
Ketika
hati yang melayang akhirnya punya labuan
Puisi
ini adalah kisah
Kisah
bangkitnya wanita dari kelamnya memori
Puisi
impian adalah sajak
Sajak
bagi kami padamu atas kisahmu
Yang
bertajuk “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Wahai
Ibu,
Tergambar
pada benak kami akan wujudmu
Bagimu
kata emansipasi adalah yang utama
Karena
engkau merasa pentingnya kaum perempuan
Yang
berasal dari pertiwi
Akan
kembali pada tanah air
Dan
Ibupun berasal dari tanah air
Tanah
Air Indonesia Merdeka
Ketajaman
pikiranmu
Terselip
pada tinta yang tertoreh pada lembar-lembar kertas
Kegelisahamu
pada agama
Penolakanmu
pada budaya feodal
Melayang,
melalang buana dunia
Membisikkan
rintihanmu pada wajah-wajah akrab
Walau
tak bersua
Saudaraku
sebangsa setanah air
Cobalah...
Kenanglah
Ibu
Ketika
mereka ditengah api yang membara
Penindasaan
bagai gagak menjatuhkan malam
Disana
mata mereka menajam
Menatap
dari sangkar emas ditengah neraka
Dan
tubuh mereka seolah berkata:
Pergilah
kalian wahai kalian setan laknat!
Berikan
kesempatan bagi kami untuk berkata!
Langit
terbenam merah
Hujan
memupuk mendung
Meruntuhkan
apa yang kelam diperjuangkan
Wanita,
berhenti duduk meratap di persimpangan
Ramah
kepada lelaki dinilai sampah usang
Abai
pada lelaki dibilang berbusung dada
Senyum
pada sesama dara dikira menggila menggelora
Merespon
lelaki diteriaki obral harapan
Sedikit
abai disangka sok ratu agung
Diam
termenung dianggap sok putri raja
Berkelana
ditanggung lelaki dicap pengemis recehan
Berkelana
mandiri dikata hilang akal
Muntahan
argumen-argumen kosong
Sebegitu
kelamnya duniamu kini
Hingga
menggelapkan mata batinmu
Ricuhnya
perang batinmu
Hingga
merampas sorot damai di matamu
Biarkan
aku mencoba cairkan dinginmu
Meski
aku bukan utusan
Negeri
hitam atau putih
Namun
bukan pula aku
Biarkan
Pahlawanku...
Ibu...
Jika
sebagain masih memicingkan matanya
Kepada
kaum hawa
Biarlah
keadilan Tuhan yang membalas
Dan,
andaikan setiap puisi adalah doa
Kami
harap ini adalah puisi
Dengan kisah yang lebih baik
Dengan kisah yang lebih baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar