Kebahagiaan yang amat dalam bisa dipertemukan dan
dipersatukan kembali denganmu.
Namun dalam hal yang berbeda,
kini kita terpisah, kita tidak satu sekolah lagi dan kita sudah memilih jalur
pendidikan masing-masing. Terimakasih yang kuucapkan mungkin tidak bisa
membalas semua bantuan dan perhatianmu selama ini. Namun akhirnya, aku
bersyukur kamu ada disisiku. Dengan segala kerja keras dan doa yang tak
putus-putus, Allah memilihkan jalan yang terbaik bagi kita. Nasehat-nasehatmu,
terutama tentang jalur pendidikan yang telah aku tempuh... sangat aku ingat.
Aku ingat. Ingat. Mendalam. Terbesit dalam benakku, apakah kamu kecewa dengan
pendidikan yang aku pilih? Kekecewaan teramat dalam jika aku membuat kamu, kamu
orang yang aku cintai, kecewa gara-gara aku. Dalam hidupku aku tidak mau dan
tidak akan pernah mau mengecewakanmu. Namun, apapun tidak bisa
menghentikan langkah ini. Walaupun aku tidak punya apa-apa. Aku tidak punya
kelebihan dan keistimewaan. Tapi aku masih punya Tuhan. Aku punya orang tua dan
aku masih punya kamu, orang yang aku cintai. Kamu dan orang tuaku adalah satu.
Satu yang memotivasi aku, yang memberi semangat untuk aku bisa...survive . Kamu dan orang tuaku, dua hal
yang bukan pilihan. Seperti yang orang tuaku bilang, bahwa aku sama sekali
tidak dihadapkan pada suatu pilihan karena jalan ini sudah jelas.
Aku sudah bercerita kepada orang tuaku tentang
masalah-masalah itu. Apa yang membebaniku sudah aku keluarkan semua kepada
orang tua. To the point, aku ingin hidup bebas. Normal. Dihargai. Bukan masalah
fisik ini yang selalu jadi hambatan. Aku takut kamu kecewa dengan aku, mungkin
karena fisik aku yang tidak bisa mengimbangi kamu? Ataukah wajah aku yang tidak
cantik seperti wanita dewasa lain? Karena aku punya masa lalu yang sangat suram? Aku trauma. Aku trauma dengan masa laluku,
masa lalu yang belum lama ini lewat. Masa-masa akhir SMA. Aku ingin
melupakannya. Tapi sampai saat sekarang masih ada yang aku lihat. Sebenarnya
aku sudah jera, aku tidak mau. Lihat. Mendengar. Dia, semuanya, yang ada di
komponen masa itu. Kecuali kamu. Salah aku, atau aku harus menanggung
hasil fitnah orang tentang aku. Semua penilaian tentang aku, balik ke mereka,
siapa yang mau menilai aku. Aku yakin aku adalah sosok yang punya semangat
besar, penindasan dan tekanan seperti apapun aku harus hadapi. Aku percaya,
keyakinan yang paling kuat berasal dari diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar