Tulisan
ini aku buat pada saat puasa hari ke 28. Sebenarnya aku sudah tidak mau
membahas tentang ini, tentang perasaan..., tentang cinta... . Semenjak kejadian
itu, aku seperti kehilangan arah. Mengikat janji dengan orang yang benar-benar
aku harapkan adalah anugrah dari Allah yang sangat besar bagiku. Meminta kepada
Allah dan menyandarkan diri pada kekuatan doa. Seiring waktu berjalan dan cukup
lama, dia memutuskan untuk memilih jalan sendiri-sendiri. Semenjak itu aku
kehilangan arah. Aku seperti kehilangan gairah hidup. Dulu, saat pertama,
seperti Allah sangat dekat dengan aku, sehingga doaku terkabul. Semenjak kejadian
itu, seperti aku jauh dari Allah dan Allah memberi cobaan berat pada aku. Aku
dinasehati orang tuaku. Orang tuaku yang menaruh kepercayaan kepada aku dan
dia, kecewa dengan aku. Karena pada akhirnya sikapku yang berubah seperti ini,
pendiam dan tidak bersemangat. Orang terdekat, keluarga, tau kalau pada saat
itu aku sedang depressy. Tapi mereka
menimbulkan spekulasi-spekulasi sendiri yang menurut aku tidak jelas. Aku tidak
cerita kepada orang tuaku, namun akhirnya ibu tau... dengan tanda kamarku yang
acak-acakan, tidak seperti biasanya. Saat itu ibu mencurahkan kekecewaannya
kepadaku karena kejadian ini terjadi saat mendekati ujian nasional SMA. Ibuku
kembali mengingatkan aku tentang janjiku “Bila
masuk ke sekolah favorit mu dengan awal yang bagus, akhirilah dengan akhir yang
bagus”. Bagi ibuku pendidikan aku yang paling utama. Beliau terus
menyemangati aku untuk kembali bersemangat seperti hari-hari ku biasanya. Ibu
tidak mau gara-gara kejadian itu aku gagal. Akhirnya, aku berusaha untuk
bangkit, walau berat rasanya untuk melupakan kejadian itu. Tiap aku bertemu
dia, aku tidak bisa menahan tangis dalam hati. Setiap hari aku melihat dia, dalam
hati bertanya mengapa ini terjadi dan apa salahku. Namun seminggu sebelum ujian
nasional aku sudah tidak kuat lagi melihat dia karena dia sepertinya sudah
dekat orang lain. Ujian nasional telah aku lalui dengan sungguh-sungguh dan
penuh harapan. Sementara itu aku sudah memutuskan untuk menutup akun di media
jejaring sosial, karna aku tidak mau melihat dia dekat dengan orang yang tidak
aku harapkan, kedua...karena aku ingin fokus ujian nasional. Akun itu begitu
penting bagi aku, namun tak apalah, demi ketenangan hidup aku dan demi
kesenangan dia tanpa aku... aku rela menutupnya. Ujian nasional berlalu. Inilah
saat yang aku impikan pula, saat aku sudah semakin dekat untuk lepas dengan
masa SMA. Kebanyakan orang bilang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Aku termasuk
orang yang bertolak belakang dengan pendapat itu.Karena jeda waktu menunggu
pengumuman kelulusan dan pengumuman snmptn undangan cukup panjang, aku
memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi tenaga pengetikan dan penjaga warnet,
namun hal itu menambah kekecewaanku karena lamaranku ditolak. Yang lebih
menyakitkan lagi pada saat aku menanyakan bagaimana keputusan pemilik warnet
itu, ada pelamar lain dengan bapaknya. Dan bapaknya sangat antusias
merekomendasikan dia untuk bekerja. Aku pulang naik sepeda dengan menangis, aku
sengaja menempuh rute memutar desa untuk sampai lebih lama menuju rumah. Aku sedih,
pelamar itu punya ayah yang sangat antusias mencarikannya kerja, sedangkan aku
melamar sendiri dan ditolak. Yang membuatku nelangsa lagi karena ayahku yang
biasanya mencarikan tetanggaku, saudara-saudaraku, untuk mendapat kerja di
swalayan dan di toko-toko. Ayahku tidak mau mencarikan aku kerja seperti itu,
dengan alasan postur tubuh aku yang tidak memenuhi kriteria dan wajah aku yang
menurutnya tidak bisa cantik bila dikasih kosmetik dan bertemu pengunjung memasang
senyum paling manis untuk menawarkan barang dagangan. Aku merasa aku tidak
punya apa-apa. Sepenuhnya seorang anak badung yang belum punya kesadaran untuk
dandan serta selalu memakai celana pendek dan kaos. Disamping itu sempat aku
memikirkan dia, namun seiring waktu aku sadar aku mungkin tidak pantas sama
dia. Karena aku tidak punya apa-apa. aku mencoba mengikhlaskan dia memilih orang
lain, yang lebih cantik, dewasa... (bahkan
seseorang yang lebih tua darinya), manja, segala sikapnya dan
lebih...berada. Dalam hatiku masih berat, tidak ikhlas, susah untuk
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar